Tentang Syukur – RRJ

IMG_20160605_085304

Tentang syukur.

Apa yang kau lupakan dari kata tersebut?

Hingga kau lupa mengucap syukur saat bahagia.

Hingga kau merasa bahwa hidupmu teramat pilu di dunia ini.

 

***

 

Aku ingin bertanya, apa definisi sebuah rumah untukmu?

Bangunan yang menjualang tinggi dan megah?

Atau bangunan mewah yang terisi oleh perabotan-perabotan canggih.

Atau, kau akan mendefinisikan rumah seperti halnya aku?

 

Bagiku,

Rumah bukan hanya sekedar bangunan kokoh yang menjulang kuat untuk melindungi kita dari hujan dan terik matahari.

Lebih dari itu, rumah adalah satu-satunya tempat dimana aku bisa melihat bahagia yang paling sempurna.

Dimana aku dapat merasakan kehangatan yang berbeda.

Senyum mereka,

Tawa mereka,

Adalah obat dari sekian banyak lelah yang ku rasa.

 

Sempurna bukan?

Bagiku itu sudah lebih dari cukup.

Bahagia yang sulit sekali di terjemahkan.

Dua orang yang saling mencintai berada dalam satu atap untuk mengurus anak-anaknya.

Menjadikan anak-anak mereka lebih baik dari masa ke masa.

 

Tapi kau tahu?

Terkadang yang kita sebut indah tidak dapat kita miliki seutuhnya.

Kau sadar?

Semua yang ada di bumi adalah milik-Nya.

Kapanpun Ia (Rabb) ingin mengambilnya, maka pada saat itu pula kita perlu mengikhlaskan.

Termasuk, jika Ia (rabb) ingin mengambil semua bahagia dalam rumahmu.

 

begitulah hal yang ku rasa.

Aku kehilangannya bertahun-tahun.

Aku merasakan ada hal yang mungkin tidak bisa aku paksakan lagi.

Aku hanya bisa terdiam, menatap kosong pada rumah yang ku rasa ini bukan lagi rumahku.

Terlalu asing,

Terlalu sunyi,

Terlalu sepi,

Terlalu menyakitkan,

Kehilangan salah seorang didalam rumah tersebut mampu menjadikan semua keadaan berubah.

Semua menjadi tegang,

Tidak seperti biasanya.

 

Aku rindu,

Atau bahkan jika ada kata yang mewakili hal lebih dari sekedar rindu, aku akan mengucapkannya berkali-kali.

Agar kau paham,

Bahwa bahagia yang sesungguhnya terletak tidak jauh dari dirimu.

Yaitu, rumahmu.

 

Bukan sedih,

Bukan pula aku cengeng,

Aku bahkan nyaris terbiasa dengan situasi ini.

Hanya saja, aku ingin berkata ;

Bahwa syukur itu perlu.

Sebelum Rabb mengambil nikmatmu.

Sebelum Rabb menyadarkanmu dengan cara ; kehilangan.

Tinggalkan komentar